Wisata kuliner sekarang ini menjadi wisata alternatif bagi keluarga. Apalagi kuliner di alam terbuka. Kita bisa bersantai bersama keluarga sambil bertukar-cerita. Bagi saya pribadi, wisata kuliner tidak hanya sekedar menikmati makanan yang enak. Namun lebih dari itu, bisa dijadikan sarana "family bonding". Dengan saling bercerita, kita bisa tahu perkembangan anak, minat, bakat, apa yang disuka, sekaligus membicarakan apa yang akan kita lakukan kedepan.
Dengan memilih tempat yang sedikit jauh, kita bisa mengobrol di jalan. Banyak hal bisa dibahas dan didiskusikan. Kadang hal serius, kadang hal konyol dan lucu. Liburan kemarin, kami sempat "iseng" ke bendungan Walahar. Dengar-dengar pepes jambal Walahar enak, makanya kita kesana.
Bendungan Walahar
Peran Karawang sebagai penghasil beras tentu saja tidak bisa lepas dari peran bendungan Walahar. Bendungan ini mengairi sawah-sawah di Karawang seluas 87.396 hektar. Untuk melihat bendungan ini cukup mudah. Dari exit tol Karawang Timur, kita cukup menempuh 6.5 km lagi
Pepes Jambal Walahar H. Dirja
Jika berbicara mengenai bendungan Walahar, banyak orang langsung terbayang pepes Walahar. Memang di sekitar bendungan yang membendung sungai Ci Tarum sepanjang 50 m ini, terdapat banyak rumah makan aneka pepes jambal. Diantaranya adalah rumah makan pepes jambal Bapak H. Dirja. Cukup ketik "rumah makan jambal Walahar H.Dirja" di google maps, petunjuk jalan kesana sudah tersedia.
Akses jalan kesana cukup bagus. Hanya saja mendekati jembatan Walahar, jalan hanya bisa dilewati satu mobil sehingga harus bergantian. Begitu juga ketika menyeberang jembatan Walahar, jembatan hanya boleh diakses mobil kecil. Di depan jembatan dipasang portal. Untuk masuk, ada petugas retribusi yang sekaligus mengatur antrian mobil yang masuk atau keluar. Nah, rumah makan pepes jambal H. Dirja terletak persis di ujung jembatan Walahar tersebut.
Rumah makan ini ternyata memanjang ke belakang. Kita bisa parkir di depan rumah makan, atau masuk ke dalam dan parkir di dekat saung. Jika ingin makan di saung, sebaiknya masuk dan parkir di belakang saja karena jalan pulangnya lumayan terasa menanjak.
Masuk ke rumah makan ini, kita akan langsung tergiur dengan deretan aneka pepes di meja. Selain pepes jambal, juga tersedia pepes jamur, pepes oncom, pepes ikan mas, pepes tahu, pepes teri, pepes peda, dan lain-lain. Kita tinggal memilih pepes-pepes tersebut, nanti pelayan akan mengantar ke saung. Siang itu kami pesan beberapa jenis pepes, sayur asem, lalapan, dan ikan goreng.
Sambil bersantai di saung, kami nikmati aneka pepes tersebut. Untuk pepes jambal, ternyata jambal yang disini tidak seperti jambal yang biasanya. Jambal disini adalah sejenis ikan, namun bukan ikan asin seperti umumnya. Selain aneka pepes, disini juga tersedia menu udang goreng, ayam bakar, dan otak-otak tenggiri.
Rumah makan pepes jambal H. Dirja ini cukup ramai. Apalagi di jam makan siang. Mungkin selain rasa yang enak, juga karena harga yang sangat terjangkau. Rata-rata harga pepes Rp. 10.000. Dengan harga yang murah-meriah, kita bisa menikmati pepes di saung bersama keluarga atau teman. Menarik, bukan?
Selesai makan, kita bisa sekedar melihat bendungan Walahar. Bendungan ini adalah bendungan tua dan dibangun jaman Belanda. Bendungan ini mulai dipakai sejak tanggal 30 November 1925 dan sudah pernah direnovasi pada tahun 1989 dan direhabilitasi pada tahun 2009. Sayangnya, di dekat bendungan tidak ada tempat untuk sekedar duduk dan melihat bendungan. Padahal jika dijadikan objek wisata seperti waduk Jatibarang di Semarang pasti sangat mengasyikan. Semoga suatu saat jadi perhatian pemerintah ya!
Post a Comment